POLRESTA CIREBON BEDAH RUMAH WARGA TAK MAMPU: BUKTI NYATA ATAU SEKADAR SIMBOL HARI BHAYANGKARA?

CIREBON, bahribantenreborn.net | Di tengah sorotan tajam publik terhadap kinerja aparat, Polresta Cirebon mencoba tampil berbeda. Melalui kegiatan bedah rumah dalam rangka Hari Bhayangkara ke-79, institusi ini menyentuh kehidupan seorang warga kecil—Sdri. Hernawati, warga Desa Cempaka, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon—yang rumahnya sebelumnya hancur karena angin kencang.
Kegiatan peresmian renovasi dilakukan Senin, 7 Juli 2025, dipimpin langsung Kapolresta Cirebon, KOMBES POL. SUMARNI, S.I.K., S.H., M.H., didampingi jajarannya, Forkopimcam, serta tokoh masyarakat setempat. Dalam momen tersebut, rumah Hernawati diserahkan dalam kondisi baru, bersih, dan layak huni.
> “Kami hadir bukan hanya sebagai penegak hukum, tapi juga bagian dari masyarakat yang peduli,” ujar Kapolresta dalam sambutan resminya.

Namun, yang patut digarisbawahi: apakah aksi sosial ini murni wujud kepedulian, atau hanya bagian dari rutinitas tahunan demi citra?
Tidak dapat disangkal, langkah Polresta Cirebon patut diapresiasi. Rumah yang nyaris roboh itu kini menjadi tempat tinggal yang aman dan sehat. Bantuan juga disalurkan, mulai dari kasur, bantal, dispenser, sembako, hingga makanan sehat untuk anak-anak.
Lebih jauh, Polresta Cirebon memperkenalkan inovasi Bank Sampah, yang memungkinkan masyarakat menukar sampah daur ulang untuk mengurangi biaya pengurusan SIM dan SKCK. Inisiatif ini dinilai sebagai solusi cerdas, namun perlu diawasi agar benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat kecil.
Kapolresta juga menyuarakan pesan penting soal keselamatan berlalu lintas, pemanfaatan pekarangan untuk ketahanan pangan, serta menghidupkan kembali ronda malam dan pos kamling.
Sdr. Adam, Kuwu Desa Cempaka, menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas perhatian aparat:
> “Kami tidak sangka, Polresta hadir sejauh ini untuk membantu warga kami. Ini sangat berarti bagi kami,” ucapnya haru.
Namun begitu, publik tetap berharap langkah humanis semacam ini tidak hanya muncul menjelang perayaan Hari Bhayangkara, tapi menjadi bagian dari gerakan harian institusi kepolisian yang menyatu dengan denyut masyarakat bawah.
Hari Bhayangkara ke-79 semestinya menjadi refleksi, bukan euforia. Polri dituntut tidak hanya turun tangan saat sorotan kamera mengarah, tapi juga konsisten hadir ketika rakyat kecil butuh perlindungan, keadilan, dan keberpihakan.
Bedah rumah ini bukan hanya tentang dinding dan atap. Ini tentang kepercayaan publik yang selama ini rapuh—yang harus diperbaiki, bukan sekadar direnovasi.
(Tim Redaksi | bahribantenreborn.net)