Pelajar SMK Kesehatan Kharisma Diduga Tebas Tangan Siswa Hingga Putus, Dunia Pendidikan Kita di Titik Nadir

Redaksi Media Bahri
0


TANGERANG | Bahribantenreborn.net — Tawuran berdarah kembali mengguncang dunia pendidikan. Kali ini, peristiwa mengerikan terjadi pada Rabu dini hari, 18 Juni 2025 sekitar pukul 03.00 WIB di Kampung Ranca Serdang, Desa Ranca Iyuh, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.


Dua kelompok pelajar dari SMK Kesehatan Kharisma Ranca Iyuh dan SMK Karya Pembangunan Jambe terlibat bentrokan hebat. Akibatnya, satu pelajar bernama Anggi Febriansyah, siswa SMK Karya Pembangunan, mengalami luka bacok parah hingga tangannya putus.


Informasi dari warga setempat menyebutkan bahwa para pelajar membawa senjata tajam. Suasana kampung yang biasanya tenang, berubah mencekam oleh jeritan dan aksi brutal para remaja berseragam sekolah tersebut.


Kepala Sekolah Diduga Tutup Kasus, Publik Geram

Kepala SMK Kesehatan Kharisma, Eka, saat dikonfirmasi wartawan, justru memberi pernyataan yang mencengangkan.

“Mohon maaf, demi kebaikan bersama, kasus ini sudah kami tutup dan kami anggap selesai,” tulis Eka lewat WhatsApp.


Sikap kepala sekolah tersebut menuai kecaman keras. Menutup kasus berat seperti ini bukan bentuk penyelesaian, tetapi upaya pembiaran yang dapat mengulangi tragedi serupa.


Publik menilai pernyataan tersebut seolah mencuci tangan dan tidak bertanggung jawab atas perilaku siswa yang telah bertindak di luar batas kemanusiaan dan hukum.


Kepala Desa: Sudah Diberi Bantuan Dana

Kepala Desa Ranca Iyuh, Suherman, juga membenarkan adanya insiden tawuran dan menyebutkan bahwa bantuan dana pengobatan telah disalurkan.

“Sudah diberi bantuan dana pengobatan dan sudah diterima oleh pihak keluarga,” ujarnya.


Namun, masyarakat mempertanyakan: Apakah uang bisa menggantikan tangan yang hilang? Apakah cukup dengan bantuan dana, tanpa proses hukum dan pertanggungjawaban jelas?


Cermin Bobroknya Sistem Pendidikan dan Lemahnya Kontrol Sosial

Tragedi ini membongkar fakta bahwa sistem pendidikan karakter dan moral saat ini gagal total. Tawuran jam 03.00 dini hari mengindikasikan buruknya pengawasan, baik oleh sekolah maupun orang tua.


Faktor utama yang diduga memicu terus berulangnya kekerasan pelajar:

  • Lemahnya pengawasan dari sekolah dan keluarga
  • Minimnya pendidikan karakter dan nilai moral
  • Tidak berjalannya program konseling dan pembinaan
  • Lemahnya penegakan aturan disiplin oleh pihak sekolah
  • Sikap permisif terhadap perilaku menyimpang


Tawuran pelajar kini bukan lagi kenakalan remaja biasa, melainkan aksi kriminal yang membawa luka fisik, trauma mental, bahkan kematian.


Tuntutan Redaksi Bahribantenreborn.net:

  • Polisi harus mengusut tuntas dan menetapkan tersangka. Pelajar pelaku pembacokan harus diproses hukum secara pidana.
  • Dinas Pendidikan wajib mengevaluasi sekolah terkait, termasuk kemungkinan pencabutan izin jika terbukti lalai.
  • Orang tua dan wali murid harus terlibat aktif membimbing dan mengontrol aktivitas anak di luar rumah.
  • Sekolah harus mengaktifkan kembali pendidikan karakter dan sistem konseling.

“Jangan tunggu ada yang mati baru kita bersuara. Ketika tangan pelajar putus, maka itu juga berarti masa depan yang ikut terpotong!”


Reporter: Tim Invevstigasi Bahribantenreborn
Editor: ZoelIdruS
Bahribantenreborn.net — Bicara Tanpa Takut, Tajam Tanpa Tebusan.

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top