Jakarta – Bahribantenreborn.net | Pertemuan Bupati Sigi, Mohamad Rizal Intjenae, dengan Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi di Gedung C, Kalibata, Jakarta, Selasa (2/9/2025), membuka harapan baru sekaligus menyisakan alarm masalah serius.
Potensi besar bawang dan kopi dari kawasan transmigrasi Palolo serta Lemban Tongoa jadi kebanggaan. Produk “Kopi Sigi Ka Kommi” bahkan sudah mencuri perhatian pasar luar negeri, termasuk Kanada dan Tiongkok. “Ini bukti transmigrasi bukan sekadar relokasi, tapi penggerak ekonomi,” kata Viva Yoga.
Namun, di balik geliat produk UMKM, tersimpan problem laten: status lahan transmigrasi yang tumpang tindih dengan kawasan hutan, aset BUMN, hingga korporasi. Viva secara tegas mengingatkan, tanpa penyelesaian legalitas, potensi ekonomi transmigran bisa mandek. “Hasil rapat dengan DPR sudah jelas, kawasan hutan di wilayah transmigrasi harus dilepaskan statusnya,” ujarnya.
Kementerian Transmigrasi, lanjutnya, tak bisa jalan sendiri. Sinergi dengan Kementerian Pertanian, PU, hingga Kesehatan wajib diperkuat. Selain kopi dan bawang, komoditas lain seperti kakao, durian, hingga peternakan juga harus masuk radar promosi.
Viva mencontohkan program sapi Brasil di NTT dengan dukungan investor asing sebagai model yang bisa direplikasi di Sigi. “Kita ingin pola seperti itu hadir di Sigi. Investasi penting untuk percepat ekspor,” tegasnya.
Bupati Rizal pun diingatkan agar aktif membuka pintu investor. Sebab meski lahannya luas, produksi kopi Sigi masih jauh dari cukup untuk memenuhi permintaan Kanada dan Tiongkok.
Bahribantenreborn.net mencatat, isu tumpang tindih lahan transmigrasi bukan baru kali ini terjadi. Jika tidak ditangani serius, mimpi kopi dan bawang Sigi mendunia bisa terhambat oleh konflik agraria.
Redaksi Bahribantenreborn.net | Lebih Tajam, Lebih Menggigit!
